Festival ini merupakan simbol kegembiraan umat muslim dalam menyambut malam Lailatul Qadar atau malam seribu bulan. Selain itu, festival ini juga merupakan perwujudan kearifan lokal masyarakat melayu dan sebagai pengingat agar selalu meningkatkan amal ibadah dari waktu ke waktu.
2. Karimun, Kepulauan Riau
Festival Malam Tujuh Likur di Karimun disemarakkan oleh perlombaan lampu colok yang akan dinyalakan setelah tarawih pada malam ke-27 Ramadhan. Lampu colok tersebut biasanya berupa susunan kayu dan kawat yang disulap menjadi berbagai macam ornamen gapura dengan nuansa islami.
Selain lampu hias, masyarakat juga kerap menghiasnya dengan lampu minyak yang terbuat dari kaleng bekas yang diisi minyak tanah. Karya-karya tersebut dipasangi lampu hias dan akan dinyalakan pukul 20.30 WIB.
Ketika dinyalakan, Sobat Halal dapat menikmati keindahan siluet ornamen-ornamen tersebut. Festival yang diwariskan secara temurun ini merupakan penyambutan bagi malaikat yang turun pada malam Lailatul Qadar dan juga sebagai wadah kreatifitas masyarakat yang dilombakan oleh Pemda setempat.
3. Ternate, Maluku Utara
Di Ternate, Maluku Utara warga menyambut datangnya malam Lailatur Qadar dengan tradisi malam Ela-ela. Ela-ela adalah tradisi yang dilaksanakan oleh warga pada malam 27 Ramadan dengan cara membakar obor dan lampion untuk merayakan kegembiraan atas turunnya malam Lailatur Qadar.
Tradisi yang sudah berlangsung turun temurun ini dilakukan oleh warga dengan menyalakan aneka penerangan baik obor dan loga-loga (lampion) di pekarangan rumah. Masing-masing rumah menyediakan tiga sampai empat ela-ela, baik yang terbuat dari bambu ataupun botol bekas, lalu dinyalakan setelah salat tarawih. Seluruh warga memasang ela-ela sampai pagi di halaman rumahnya masing-masing.