Jamu, siapa sih yang tak kenal minuman kesehatan tradisional yang satu ini. Merupakan warisan leluhur asli bangsa kita yang diwariskan secara turun temurun jamu tak pernah kehilangan pamornya. Walau begitu, umumnya jamu lebih populer di kalangan orang-orang dewasa. Sementara di kalangan generasi milenial jamu masih kalah jika dibandingkan minuman-minuman kesehatan moderen yang dikemas dengan kemasan yang lebih kekinian dan menarik.
Menyikapi hal itu, pasangan suami istri Baskoro dan Dewi justru melihatnya sebagai peluang bisnis. Dengan kreatifitas tanpa batas, produk jamu mereka dengan merek Jamu Mbale Jampi kini mulai diminati segmen pasar yang lebih luas, lintas generasi.
Baskoro dan Dewi adalah pasangan suami istri yang keduanya sama-sama memiliki pekerjaan tetap di luar rumah. Berawal dari tawaran rekannya untuk membuka stand Jamu Jawa Bu Tari milik ibunya di Festival Kuliner Yogyakarta (FKY) pada tahun 2013, keduanya akhirnya menjadi perwakilan dari Jamu Jawa Bu Tari dan membuka stand Jamu Jawa di FKY.
Jamu Peres Bu Tari ini sebenarnya merupakan jamu legendaris yang ada di Kota Jogja. Jamu Bu Tari telah berdiri sejak tahun 1979, terhitung hingga saat ini usianya telah mencapai 42 tahun. Dari awal buka hingga sekarang, Bu Tari berperan sebagai pemilik, peracik sekaligus penjamu pelanggan yang datang untuk mengkonsumsi jamu peres buatannya.
“Waktu itu kita masih belum menikah, jadi sebenarnya kami berdua memutuskan usaha ini awalnya karena gak punya pilihan, soalnya ibu gak mungkin ninggalin pelanggan tetap Jamu Jawa yang di Wirobrajan.
Dewi sendiri memang dari awal kenal aku sudah sering bantu ibu, jadi memang dia udah sangat paham soal per-jamuan dari ibu.
Akhirnya kita yang buka stand di FKY dan gak nyangka antusiasme pengunjung di atas ekspektasi. Selain teman, ada juga bule, bahkan buzzer-buzzer twitter yang mampir dan dengan suka rela memberikan promosi untuk Jamu Jawa kami. Ya, berkat kesempatan ini kami jadi sadar, memang usaha jamu peres ibu harus memiliki penerus kalau ibu nanti pensiun.”