Makam Tebing di Tana Toraja (foto public domain)
Share artikel ini:


Ada banyak tempat wisata keren di Indonesia dengan berbagai keunikannya. Beberapa malah dianggap sebagai tempat yang konon berhantu. Walau begitu ternyata, tempat-tempat wisata tidak pernah sepi dari kunjungan wisatawan.

Sebagian orang malah menganggap tempat wisata seperti ini mengasyikkan, maklum keinginan untuk menikmati keindahan dan keunikannya mengalahkan rasa takut akan cerita-cerita seram yang belum tentu kebenarannya.

Sobat Halal berani kan pergi ke tempat-tempat seperti itu? Yuk kita intip terlebih dahulu!

1. Taman Nasional Alas Purwo

Geerbang masuk Alas Purwo (foto: tourbanyuwangi.com)

Meskipun memiliki sederet pantai dan lanskap hutan yang dengan beragam satwa serta tumbuhan, Alas Purwo sempat dinobatkan berkali-kali sebagai wisata paling angker di Indonesia.

Konon, di dalam hutan teduh yang merupakan hutan tertua di Pulau Jawa tersebut ribuan jin atau arwah penasaran yang menghuni di sana kadang-kadang menampakkan diri dengan berbagai wujud. Benar atau tidaknya cerita itu, wallahu a’lam bish-shawab.

Jika keberadaan jin dan arwah masih konon, di Alas Purwo yang merupakan kawasan taman nasional ini yang sudah pasti dihuni oleh berbagai satwa langka yang ada di Jawa Timur. Beberapa jenis hewan langka yang bisa ditemui di sana antara lain Banteng Jawa, Elang Jawa, Anjing Hutan, Rusa, Burung Merak dan lainnya.

Bukan hanya hutan, di sana juga ada beberapa spot wisata yaitu Savana Sadengan, Pantai Trianggulasi, Pantai Plengkung atau G-land, Pantai Pancur, Pantai Ngagelan, Pantai Cungur, Makam Mbah Dowo dan goa-goa yang berjumlah 40 buah.

2. Lawang Sewu

Lawang Sewu (foto: kai.id)

Siapa sih yang tidak tahu Lawang Sewu? Bangunan kolonial yang dijuluki Seribu Pintu tersebut berdiri megah di Kota Semarang sejak tahun 1904, bangunan ini terhitung memiliki 1200 daun pintu. Karena jumlah pintunya yang banyak itulah maka masyarakat menamainya dengan Lawang Sewu, dari Bahasa Jawa yang artinya seribu pintu.

Adalah Prof. Jakob F. Klinkhamer dan B.J. Ouendag, arsitek dari Amsterdam yang merancang Lawang Sewu. Bangunan itu memiliki ciri khas berupa elemen lengkung dan sederhana. Desain bangunan menyerupai huruf L serta memiliki jumlah jendela dan pintu yang banyak yang berfungsi sebagai sirkulasi udara.

Selain terkenal dengan cerita horornya, Lawang Sewu merupakan bangunan bersejarah. Dahulu bangunan ini merupakan kantor administrasi Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS), yakni sebuah perusahaan kereta api milik Belanda. Namun, setelah pendudukan Jepang, bangunan tersebut beralih fungsi menjadi penjara.

Diceritakan terdapat penjara bawah tanah di lokasi ini merupakan tempat penyiksaan tahanan pada waktu itu.

3. Benteng Vredeburg

Gerbang depan Museum Vredeburg Yogyakarta (foto: Sabjan Badio via Wikipedia | BY CC 4.0)

Berlokasi di pusat wisata Malioboro, Yogyakarta, benteng yang berdiri sejak tahun 1767 ini sering dikaitkan dengan cerita-cerita angker. Penampilan bersih dan penerangan benteng ini konon tidak bisa menutupi kesan seram saat kita memasuki bangunannya.

Banyak cerita tentang serdadu tanpa kepala hingga sosok noni Belanda yang kerap menampakkan wujud di tempat ini.

Di luar cerita-cerita mistis itu, sebenarnya dari sudut pandang sejarah berdirinya Benteng Vredeburg Yogyakarta terkait erat dengan lahirnya Kasultanan Yogyakarta. Perjanjian Giyanti 13 Februari 1755 yang berhasil menyelesaikan perseteruan antara Susuhunan Pakubuwono III dengan Pangeran Mangkubumi (Sultan Hamengku Buwono I kelak). Ini adalah akibat proses politik Belanda yang selalu ingin ikut campur urusan dalam negeri raja-raja Jawa waktu itu.

Kini sebagian area benteng ini telah menjadi museum dan terdapat Restoran Indische Koffie di dalam Benteng Vredeburg Yogyakarta. Restoran ini dibuka pada tahun 2012 dengan mengusung konsep yang mengombinasikan budaya Belanda dan Jawa di dalam interior ruangnya. Indische Koffie adalah sebuah restoran fine dining yang menawarkan berbagai macam menu tradisional dan western food dalam tema a taste of heritage.

4. Fort Rotterdam

Fort Rotterdam Makassar (foto via kemdikbud.go.id)

Tempat bersejarah ini didirikan pada tahun 1545 oleh Sultan Daeng Bonto Karaeng yang memiliki nama lengkap I Manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung. Beliau adalah raja dari Kerajaan Gowa-Tallo ke IX. Benteng ini juga dijuluki sebagai Benteng Panyyua atau Benteng Ujung Pandang.

Benteng ini sarat dengan sejarah dan memiliki pemandangan yang indah saat matahari terbenam. Banyak cerita angker bahwa di benteng ini sering muncul serdadu Belanda yang berlumuran darah atau bertubuh tidak utuh.

Cerita mistis itu sebenarnya berawal dari sejarah benteng itu sendiri. Sekira 200 tahun Belanda menggunakan benteng ini sebagai pusat pemerintahan, ekonomi dan berbagai macam aktivitas lainnya. Nama Fort Rotterdam adalah pemberian Cornelis Speelman untuk mengenang daerah kelahirannya di Belanda, menggantikan nama sebelumnya Benteng Ujung Pandang.

Pada awal dibangun benteng ini dibuat tanah liat, baru pada masa pemerintahan Raja Gowa ke-14 Sultan Alauddin konstruksi ini benteng ini diganti dengan batu padas yang bersumber dari Pegunungan Karst yang ada di daerah Maros.

Benteng ini berbentuk seperti seekor penyu yang hendak merangkak turun ke lautan itulah disebut juga sebagai Benteng Panyyua. Jika melihat bentuknya, benteng ini mencerminkan filosofi Kerajaan Gowa, bahwa penyu dapat hidup di darat maupun di laut. Begitulah Kerajaan Gowa saat itu yang berjaya di daratan maupun di lautan.

Sekarang di kompleks Benteng Ujung Pandang terdapat Museum La Galigo yang memiliki koleksi mengenai sejarah kebesaran Makassar (Gowa-Tallo) dan daerah-daerah lainnya yang ada di Sulawesi Selatan. Gedung benteng ini masih utuh dan menjadi salah satu objek wisata unggulan di Kota Makassar.

5. Tana Toraja

Makam Tebing Toraja (foto public domain)

Di tempat ini, tradisi untuk mengobati kerinduan terhadap keluarga yang telah meninggal justru menjadi perhatian wisatawan. Pemakaman tua yang berada di bukit itu kerap menjadi lokasi tradisi Tau-Tau, yakni memasukkan jenazah ke dalam gua-gua kecil yang terdapat pada tempat itu.

Tana Toraja (foto public domain)

Setahun sekali mereka juga mengadakan upacara Ma’ Nene dengan menggali kuburan keluarga di tempat tersebut. Uniknya, tengkorak dan tulang-belulang di tempat ini justru jadi daya tarik wisatawan untuk berfoto.

Vin S
“If you wait for inspiration to write you’re not a writer, you’re a waiter.” ~ Dan Poynter
Berikan bintang kamu
[Total: 1 Rata-rata: 5]



Berlangganan
Beritahu tentang
guest
2 Komentar
Terbaru
Terlama Paling Banyak Dinilai
Inline Feedbacks
Lihat semua komentar