Kalau sedang lapar atau haus, makan ya tinggal makan saja ya, Sobat Halal!? Namun pernahkah terpikir makanan atau minuman yang kita santap memiliki makna tertentu dalam kehidupan masyarakat sehari-hari?
Di Nusantara yang masyarakatnya terdiri dari berbagai suku bangsa tentu memiliki filosofi dalam setiap aspek kehidupan, termasuk makanan. Makanan-makanan tradisional berikut ini tentu sudah akrab dengan kita, tapi ternyata ada filosofi di balik kelezatannya. Kita cari tahu satu per satu yuk!
1. Dawet
Dawet merupakan minuman dengan isian cendol dan campuran gula jawa cair serta santan. Rasanya manis, gurih dan segar. Cendol dalam masyarakat Jawa diambil dari kata “mbejendol” yang berarti gumpalan, hal tersebur adalah representasi sensasi saat makan cendol dengan nikmat.
Sedangkan dalam pernikahan, cendol yang berbentuk gumpalan dan lekat merupakan simbol kebulatan kehendak orang tua dalam menikahkan anaknya. Berbeda dengan simbol gareng atau semar di gerobak dawet pinggir jalan, mereka memiliki makna “laris manis”.
2. Sate Lilit
Di Bali, sate ini terbuat dari campuran ikan tuna dan bumbu yang dililitkan pada gulungan daun kelapa yang pipih. Lilit sendiri berasal dari kata kilit yang artinya ikat atau pemersatu, sehingga sate lilit memiliki makna agar masyarakat di Bali bersatu dan tidak mudah dibecah belah.
3. Kolak
Kolak, campuran air santan gula jawa yang berisi pisang dan umbi-umbian ini ternyata berasal dari istilah “khalaqa” yang artinya menciptakan dan “khaliq” yang artinya Sang Pencipta. Dinamakan demikian karena kolak di Indonesia awalnya kerap muncul saat Bulan Ramadhan, yakni saat umat muslim berlomba mencari pahala agar senantiasa ingat akan Sang Pencipta.
4. Lemper
Lemper adalah makanan yang terbuat dari ketan dengan isian daging ayam, sapi, kentang dan sebagainya yang dibungkus daun. Lemper dalam masyarakat Jawa memiliki arti “yen dielem atimu ojo memper”, dalam Bahasa Indonesia petuah bijak tersebut berbunyi “Kalau dipuji jangan terlalu bangga atau lupa diri”.
5. Tumpeng
Tumpeng adalah nasi uduk atau nasi kuning yang dibentuk kerucut dan disusun bersama aneka lauk pauk. Dalam masyarakat Jawa, tumpeng adalah kependekan dari “metu dalan sing lempeng” yang berarti himbauan agar manusia selalu berjalan di jalan yang lurus atau benar.
6. Wajik
Kue tradisional berwarna coklat dan bertekstur padat-lengket ini banyak digunakan untuk hantaran pernikahan. Rasanya manis dan gurih, kue ini bermakna kelekatan pasangan dan kesabaran dalam berumah tangga agar hubungannya selalu manis dan harmonis.
7. Apem
Apem merupakan kue dari tepung beras yang seperti serabi tetapi lebih kecil dan padat, rasanya gurih manis dan bikin ketagihan. Apem sendiri adalah jajan lawas yang namanya diambil dari Bahasa Arab “afwun” yang berarti maaf, biasanya apem diberikan ke orang tua atau tetangga sebagai bentuk permintaan maaf yang tulus dan manis.