Modest fashion adalah gaya berpakaian dengan pakaian yang menutupi pemakainya. Ciri umum dari modest fashion ini termasuk gaun panjang, rok dan celana panjang, serta atasan lengan panjang dan garis leher tinggi – pada dasarnya, adalah mode pakaian yang tidak terbuka.
Cukup mengejutkan bahwa Inggris yang bukan merupakan negara berpenduduk mayoritas Muslim kini telah menjadi salah satu pusat pasar modest fashion global bernilai miliaran dolar.
Secara statistik menurut statistik resmi pemerintah pada 2018/19 menunjukkan bahwa ada 3.194.791 Muslim yang tinggal di Inggris, dengan lebih dari sepertiga berusia di bawah 16 tahun.
Di ibukota Inggris di London jumlah populasi Muslim ada di kisaran angka 1,26 juta yang merupakan 14,2 persen dari populasi ibukota.
Menurut Dewan Muslim Inggris, populasi Muslim Inggris menyumbang sekitar $ 46,5 miliar untuk ekonomi nasional pada tahun 2014.
Meskipun modest fashion lebih diasosiasikan dengan pakaian Islami, sebenarnya target pasarnya juga bisa dari agama lain (seperti Kristen atau Yudaisme), atau bahkan tidak ada hubungan dengan agama apapun sama sekali.
Selain berpotensi untuk memenuhi kebutuhan keagamaan, modest fashion menawarkan tantangan kreatif bagaimana memproduksi dan memasarkan pakaian yang modis dan memenuhi persyaratan kesopanan penggunanya.
“Sebagai pemain mode global, dan rumah bagi populasi wirausaha imigran Muslim, Inggris telah sangat memengaruhi pertumbuhan pasar mode sederhana global,” Aaliya Mia, analis utama modest fashion untuk firma riset Dinar Standard, seperti dikutip oleh Arabian Business.
Area kunci pertumbuhan lainnya adalah ekspor Inggris ke 57 negara anggota OKI (Organisasi Kerjasama Islam), yang pada 2019 diperkirakan mencapai $328 miliar, menurut data ITC Trademap. Inggris adalah pengekspor pakaian terbesar ke-14 ke negara-negara OKI dan ini diperkirakan akan terus tumbuh.
“Dimulai dengan kehadiran merek ritel seperti Debenhams dan Mark & Spencer antara lain, perusahaan Inggris telah memainkan peran dalam memberikan interpretasi modern dari mode sederhana di banyak negara mayoritas Muslim selama lebih dari satu dekade,” menurut Aaliya Mia.